BAB I Meraih Kesuksesan dengan Etos Kerja KELAS X GASAL MERDEKA MENGAJAR dan hadits etos kerja
a. Membaca Q.S. at-Taubah/9 : 105
وَقُلِ اعْمَلُوْا
فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ
اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَۚ
b. Mengidentifikasi Hukum Bacaan Tajwid Q.S. at-Taubah/9 : 105
(Dipandu oleh bapak ibu guru)
d. Menterjemahkan Ayat Q.S. at-Taubah/9: 105
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
e. Asbabun Nuzul Q.S. at-Taubah/9: 105
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. at-Taubah/9:
105 ini. Perlu diketahui bahwa ayat 105 terkait dengan ayat sebelumnya,
yakni ayat 102-104. Pada ayat 102-104, Allah Swt. menganjurkan bertaubat
dan melakukan kegiatan nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah.
Pada ayat 105, Allah Swt. memerintahkan untuk melakukan beragam aktivitas
lain, baik yang nyata maupun tersembunyi. Menurut kitab Lubabun Nuqul
fii Asbaabin Nuzul Seusai berperang, Rasulullah Saw. bertanya: “siapakah
orang-orang yang terikat di tiang ini?”, ada seseorang menjawab: “mereka
adalah Abu Lubabah dan teman-temannya yang tidak ikut berperang. Mereka
bersumpah tidak akan melepaskan ikatan tersebut, kecuali Rasulullah sendiri
yang melepaskannya”. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “aku tidak akan
melepaskan mereka kecuali jika diperintahkan oleh Allah Swt.” Karenanya Allah
Swt. menurunkan Q.S. at-Taubah/9: 102, kemudian Rasulullah Saw. melepaskan
dan memaafkan mereka.
f. Menelaah Tafsir Q.S. at-Taubah/9: 105
Menurut tafsir al-Misbah, ayat ini mendorong manusia untuk lebih mawas
diri dan mengawasi amal atau pekerjaan mereka. Allah Swt. mengingatkan
mereka bahwa setiap amal baik atau buruk memiliki hakikat yang tidak dapat
disembunyikan. Amal tersebut akan disaksikan oleh Allah Swt., Rasulullah
Saw. dan orang-orang beriman. Pada hari kiamat, Allah Swt. akan membuka
tabir penutup yang menutupi mata mereka sehingga mengetahui dan melihat
secara langsung hakikat amal mereka sendiri.
Selanjutnya simaklah pesan-pesan mulia yang terkandung dalam Q.S atTaubah/9: 105 berikut ini.
1. Allah Swt. memerintahkan untuk beramal saleh hingga manfaatnya bisa
dirasakan oleh diri sendiri maupun masyarakat luas. Amal tersebut harus
dilakukan dengan ikhlas karena mengharap rida dari Allah Swt.
2. Setiap amal akan dilihat oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan mukminin
di akhirat kelak. Lalu akan dibalas sesuai amal tersebut, jika amalnya baik
maka mendapat pahala, sebaliknya jika amalnya buruk maka akan dibalas
dengan siksa. Karenanya seorang muslim haruslah memperbanyak amal
saleh ketika hidup di dunia.
3. Janganlah merasa amalnya sudah cukup banyak untuk bekal hidup di
akhirat. Sifat ini akan menghambat munculnya keinginan untuk beramal
saleh lagi. Tumbuhkan inisatif untuk melakukan amal saleh sehingga orang lain ikut tergerak untuk melakukannya. Pahala berlipat akan diberikan oleh
Allah Swt. kepada orang yang memberi contoh tanpa mengurangi pahala
mereka yang mencontoh.
4. Setiap manusia akan kembali ke kampung akhirat, dan menerima balasan
amal perbuatannya. Seorang mukmin hendaklah jangan larut dengan
gemerlap kehidupan duniawi hingga melalaikan akhirat yang kekal abadi.
‘Kerja’ dalam bahasa Arab disebut dengan ’amala - ya’malu dan yang seakar
dengan kata tersebut. Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang berarti ‘bekerja’
diulang sebanyak 412 kali dan seringkali dihubungkan dengan pekerjaan yang
saleh atau amal saleh. Amal saleh yaitu pekerjaan yang membawa kebaikan,
baik bagi pelakunya maupun orang lain. Kebaikan tersebut dapat berupa
perbaikan ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, sosial, spiritual
dan sebagainya. Kebaikan tersebut meliputi kebaikan hidup di dunia dan
akhirat. Penyebutan kata ‘bekerja’ yang sedemikian banyak di dalam AlQur’an menunjukkan bahwa masalah ‘kerja’ sangatlah penting bagi kehidupan
manusia. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja
keras atau memiliki etos kerja tinggi.
Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut:
Artinya: “Dari Abu Abdullah az-Zubair bin al-‘Awwam r.a., berkata,
Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh sekiranya salah seorang di antara kamu
sekalian mengambil beberapa utas tali kemudian pergi ke gunung dan kembali
dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya di mana dengan hasil itu
Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya, maka itu lebih baik baginya daripada
ia meminta-minta kepada sesama manusia baik mereka memberi ataupun tidak
memberinya”. (H.R. Bukhari)
Hadis di atas secara tegas menyatakan bahwa bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lebih dicintai Allah dan rasul-Nya
dibanding berpangku tangan menunggu bantuan orang lain. Allah Swt. telah
memberikan wewenang kepada manusia untuk mengolah sumber daya alam di
bumi. Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 berikut ini.
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ
وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung”. (Q.S. al-Jumu’ah/62:10)
Apabila manusia mau bekerja keras, maka akan dapat memenuhi kebutuhan
pokoknya, terutama sandang, pangan dan tempat tinggal. Islam sangat
menghargai seseorang yang bekerja keras untuk memperoleh penghidupan
yang layak, dan mengkonsumsi makanan dari hasil usahanya sendiri. Hal ini
sesuai dengan hadis berikut ini.
Artinya: “Dari al-Miqdam bin Ma’dikariba r.a. dari Nabi Saw., beliau
bersabda: “Tidak ada seseorang makan makanan yang lebih baik daripada
makan hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s. makan
dari hasil usahanya sendiri”. (H.R. Bukhari) g. Menghafalkan Ayat Q.S. at-Taubah/9: 105
(Dipandu oleh bapak ibu guru)
h. Menerapkan Perilaku Etos
Kerja untuk Meraih Kesuksesan
Praktik kerja keras sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sejak beliau
masih kanak-kanak. Tercatat dalam sejarah bahwa pada usia 12 tahun sudah
berniaga hingga ke negeri Syam bersama Abu Thalib. Demikian pula sahabat
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
merupakan figur teladan dalam bekerja keras.
Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk ke masjid dan melihat Abu
Umamah, salah satu sahabat Anshar sedang duduk termenung seperti sedang
merasa susah. Nabi Saw. bertanya: “mengapa engkau duduk sendirian di masjid,
padahal ini bukan saatnya mengerjakan salat?”. Abu Umamah menjawab:
“Saya ini sedang banyak hutang, pailit, dan tidak punya semangat untuk bekerja.
Saya selalu diliputi perasaan cemas dan ragu”. Mendengar jawaban tersebut,
Rasululullah Saw. memberi nasihat kepada Abu Umamah, “jauhilah perasaan
ragu dan putus asa, malas dan lemah kemampuan, pengecut dan kikir, gemar
berhutang, dan hubungan kurang baik dengan sesama manusia”. Abu Umamah
bersungguh-sungguh melaksanakan semua nasihat tersebut. Akhirnya
kehidupan Abu Umamah menjadi lebih baik dan bahagia.
Kisah di atas merupakan kisah seorang sahabat yang memiliki etos kerja
tinggi. Tentunya sifat mulia ini perlu kita terapkan dalam kehidupan seharihari.
Secara rinci, tujuan bekerja dalam Islam adalah sebagai berikut:
1) Meraih rida Allah Swt.
Bekerja dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani,
tetapi untuk menghambakan diri kepada Allah Swt. dan meraih rida dariNya. Semua aktivitas seorang muslim di dunia ini seyogyanya diarahkan
untuk meraih rida Allah Swt.
2) Menolak kemunkaran
Kemunkaran dapat terjadi pada seseorang yang menganggur. Sebab ada
bisikan hawa nafsu dan syahwat yang dapat menjerumuskannya kedalam
kemungkaran. Seseorang yang mengisi waktunya untuk bekerja berarti
telah berhasil menghalau sifat malas dan menghindari dampak negatif
pengangguran.
3) Kepentingan amal sosial
Islam mengajarkan umatnya untuk beramal sosial atau bersedekah sesuai
kemampuan yang dimiliki. Bagi seorang muslim yang bekerja, tenaga dan
hasil pekerjaannya dapat digunakan untuk bersedekah.
4) Memberi nafkah keluarga
Seorang suami sebagai kepala keluarga berkewajiban memberikan nafkah
lahir dan batin. Untuk memberikan kehidupan yang layak kepada anak dan
isterinya, maka seorang suami harus rajin bekerja keras
Etos kerja seorang muslim harus meningkat dari waktu ke waktu. Berikut
ini merupakan cara meningkatkan etos kerja, yaitu:
1) Membuat skala prioritas dari semua pekerjaan yang mendesak untuk
segera diselesaikan. Memilih dan menentukan sebuah pekerjaan yang akan
diselesaikan dalam waktu dekat akan meringankan beban pikiran. Sebab,
pikiran yang terlalu berat akan menghambat terselesaikannya sebuah
pekerjaan.
2) Meningkatkan semangat, pengetahuan, dan keterampilan yang menunjang
pekerjaan. Pengetahuan yang luas dan mendalam tentang hal-hal yang
terkait dengan pekerjaan akan sangat menunjang bagi peningkatan etos
kerja. Lebih dari itu keterampilan (skill) dan semangat tinggi akan semakin
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan.
3) Saling memberi motivasi kepada rekan kerja agar terjaga komitmen untuk
maju dan sukses bersama-sama. Banyak faktor yang mempengaruhi
turunnya motivasi untuk meraih sukses. Di antaranya adalah munculnya
rasa malas yang tidak diketahui dari mana asalnya. Hal ini dapat diatasi
dengan saling memberi motivasi di antara teman. Dengan demikian semua
teman akan memiliki semangat untuk maju dan sukses secara bersamasama dalam meraih cita-cita.
4) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dengan saling menjaga perasaan
rekan kerja. Suasana nyaman akan tercipta jika masing-masing individu
tidak mudah menyalahkan orang lain, sebaliknya lebih banyak mawas diri.
Membiasakan diri untuk menyapa sambil melempar senyuman kepada
teman akan membuat hati senang dan bahagia. Dengan demikian suasana
belajar di dalam kelas akan terasa menyenangkan.
5) Melibatkan teknologi canggih dalam proses pekerjaan. Pada era revolusi
industri 4.0 saat ini, teknologi berperan sangat penting untuk menunjang
keberhasilan sebuah pekerjaan, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Terlebih lagi saat ini semua negara berlomba-lomba dalam
menemukan dan mengembangkan vaksin Covid-19. Kemampuan sumber
daya manusia sebuah negara dan didukung oleh teknologi canggih akan
sangat berperan dalam kompetisi untuk menemukan vaksin Covid-19.
Banyak manfaat yang diperoleh dari perilaku kerja keras (etos kerja).
Manfaat tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Di
antara manfaat etos kerja adalah sebagai berikut:
1) Terbiasa menghargai hasil yang sudah diraih
Pekerjaan yang telah menghasilkan sebuah produk, bagaimanapun bentuk
dan kualitasnya harus tetap dihargai. Karena menghargai karya orang lain
akan mampu memotivasi agar bisa menghasilkan karya lebih baik lagi.
2) Menjaga martabat diri sendiri
Martabat diri akan terjaga jika seseorang bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan. Pasti banyak orang meremehkan apabila hanya bermalasmalasan dan berpangku tangan. Bahkan ia dianggap sebagai orang yag
tidak berguna bagi keluarganya.
3) Wujud pengabdian kepada Allah Swt.
Kerja keras yang dilakukan oleh seseorang dengan niat ikhlas karena Allah
Swt., dan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan wujud ibadah
kepada-Nya.
4) Melatih sifat tabah, sabar, dan tawakal
Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan
menghadapi hambatan. Dengan senantiasa bekerja keras, maka akan
muncul sifat tabah, sabar, optimis, serta tawakal. Pada hakikatnya,
kesuksesan merupakan karunia Allah Swt. Kegagalan adalah sukses yang
tertunda, karena Allah Swt. selalu menghendaki kebaikan pada hamba-Nya
yang bertakwa.
Belum ada Komentar untuk "BAB I Meraih Kesuksesan dengan Etos Kerja KELAS X GASAL MERDEKA MENGAJAR dan hadits etos kerja"
Posting Komentar